Assalamualaikum ...
Pembahasan kita kali ini adalah hikmah ibadah, seperti yang kita ketahui bahwa ibadah
Berdasarkan kamus besar bahasa indonesia:
perbuatan atau penyataan bakti terhadap Allah atau Tuhan yang didasari oleh peraturan agama.
segala usaha lahir dan batin yang sesuai perintah agama yang harus dituruti pemeluknya.
oleh karena itu, supaya kalian semangat untuk ibadah, kalian harus tau hikmah ibadah itu luar biasa....
saya akan menyajikannya dalam bentuk makalah.....
HIKMAH IBADAH
D
D
I
S
U
S
U
N
Oleh : Kelompok 5
~ Husnul Hakim
~ Iffah Shofiyah Ariefah
~ Jaka Nugraha
~ Nadya Choirunnisa
~ Melati
~Melati Ifanisari
~Muhammad Ikhsan
~Nabila Yolanda
~ Iffah Shofiyah Ariefah
~ Jaka Nugraha
~ Nadya Choirunnisa
~ Melati
~Melati Ifanisari
~Muhammad Ikhsan
~Nabila Yolanda

SMA Negeri 1 Kota Sungai Penuh
Tahun Ajaran 2015-2016
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar..................................................................................
1
Pengertian Ibadah................................................................... 2
Hakikat Ibadah......................................................................... 3
Pengertian Ibadah................................................................... 2
Hakikat Ibadah......................................................................... 3
Hikmah Ibadah.........................................................................
4
Ibadah Mahdhah & Ghairu Mahdhah...............................
5
Fungsi Ibadah............................................................................
6
Syarat-Syarat di terimanya Ibadah....................................
9
Penutup......................................................................................
10
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala rahmat yang diberikan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan tugas makalah yang sangat sederhana dan jauh dari kata sempurna ini,
serta kami panjatkan terima kasih banyak kepada Guru pembimbing kami. Semoga
makalah ini dapat di pergunakan sebagai salah satu acuan maupun pembelajaran
mengenai HIKMAH IBADAH
Kami berharap Semoga makalah ini membantu dan menambah
pengetahuan serta pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki
bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Kami akui makalah ini masih banyak kekurangan karena
pengalaman yang kami miliki masih kurang dan harus lebih banyak belajar
lagi.Oleh karena itu kami harapkan kepada pembaca untuk memberi masukan-masukan
yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
1
A. Pengertian Ibadah
Ibadah
(عبادة) secara etimologi berarti
merendahkan diri serta tunduk.Ibadah mempunyai banyak definisi, tetapi makna
dan maksudnya satu. Definisi ibadah itu antara lain;
1. Ibadah ialah taat kepada Allah dengan
melaksanakan perintah-perintah-Nya yang ditetapkan melalui para Rasul-Nya,
2. Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah, yaitu
tingkatan ketundukan yang paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah
(kecintaan) yang paling tinggi pula.
3. Ibadah
ialah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah, baik
berupa ucapan atau perbuatan, yang dzahir maupun bathin.
Ibadah
itu terbagi menjadi ibadah hati, lisan dan anggota badan.Rasa khauf (takut),
raja’ (mengharap), mahabbah (cinta), tawakkal (ketergantungan), raghbah
(senang) dan rahbah (takut) adalah ibadah qalbiyah (yang berkaitan dengan
hati).Sedangkan shalat, zakat, haji, dan jihad adalah ibadah badaniyah qalbiyah
(fisik dan hati).Serta masih banyak lagi macam-macam ibadah yang berkaitan
dengan hati, lisan dan badan.
Maka
Ibadah inilah yang menjadi tujuan penciptaan manusia, Allah SWT
berfirman;
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka menyembah-Ku. Aku tidak menghendaki rizki sedikitpun dari mereka dan Aku
tidak menghendaki supaya mereka memberi Aku makan. Sesungguhnya Allah, Dia-lah
Maha Pemberi rizki yang mempunyai kekuatan lagi Sangat Kokoh.” (QS. Adz-Dzariyat: 56-58)
Allah
memberitahukan, tujuan penciptaan jin dan manusia adalah agar mereka
melaksanakan ibadah kepada Allah. Dan Allah Maha Kaya, tidak membutuhkan ibadah
mereka, akan tetapi merekalah yang membutuhkan-Nya. Karena ketergantungan
mereka kepada Allah, maka mereka menyembah-Nya sesuai dengan aturanNya.
Adapun definisi ibadah dalam bahasaArab
berarti kehinaan atau ketundukan. Dalam terminology, ibadah
diartikan sebagai sesuatu yang diperintahkan AllahSWT, bukan karena adanya
keberlangsungan tradisi sebelumnya, juga bukan karena tuntutan logika, atau
akal manusia.
2
Maka,ruang lingkup ibadah adalah seluruh aktifitas manusia
yang diniatkan semata-mata untuk mencari ridha Allah
SWT.
B. Hakikat Ibadah
Tujuandiciptakannyamanusia di muka bumi ini yaitu untuk beribadah kepada-Nya. Ibadah dalam pengertian yang komprehensif
menurut Syaikh Al-Islam IbnuTaimiyah adalah sebuah nama yang mencakup segala
sesuatu yang dicintai dan diridhai oleh Allah SWT berupa perkataan atau
perbuatan baik amalan batin ataupun yang zhahir (nyata).
Adapunhakekatibadahyaitu:
1. Ibadah adalah tujuan hidup kita.
2. Hakikat ibadah itu adalah melaksanakan
apa yang Allah cintai dan ridhai dengan penuh ketundukan dan kerendahan diri
kepadaNya.
3. Ibadah akan terwujud dengan cara
melaksanakan perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya
4. Cinta, maksudnya cinta kepada
Allah dan Rasul-Nya yang mengandung makna mendahulukan kehendak
Allah dan Rasul-Nya atas yang lainnya. Adapun tanda-tandanya:
mengikuti sunah Rasulullah saw.
5. Jihad di jalan Allah
(berusaha sekuat tenaga untuk meraih segalasesuatu
yang dicintai Allah).
6. Takut,maksudnya tidak merasakan sedikitpun ketakutan kepada segala bentuk dan jenis makhluk melebihi ketakutannya kepada
Allah SWT.
Dengan demikian orang
yang benar-benar mengerti kehidupan adalah yang mengisi waktunya dengan
berbagai macam bentuk ketaatan; baik dengan melaksanakan perintah maupun
menjauhi larangan. Sebab dengan cara itulah tujuan hidupnya akan terwujud.
3
C.
Hikmah Ibadah
1. Tidak Syirik. Seorang hamba yang sudah berketetapan hati untuk senantiasa
beribadah menyembah kepada Nya, maka ia harus meninggalkan segala bentuk
syirik. Ia telah mengetahui segala sifat-sifat yang dimiliki Nya adalah lebih
besar dari segala yang ada, sehingga tidak ada wujud lain yang dapat
mengungguli-Nya.
2. Memiliki
ketakwaan. Ketakwaan yang dilandasi cinta timbul karena ibadah yang
dilakukan manusia setelah merasakan kemurahan dan keindahan Allah SWT.Setelah
manusia melihat kemurahan dan keindahan Nya munculah dorongan untuk beribadah
kepada Nya.Sedangkan ketakwaan yang dilandasi rasa takut timbul karena manusia
menjalankan ibadah dianggap sebagai suatu kewajiban bukan sebagai kebutuhan.
Ketika manusia menjalankan ibadah sebagai suatu kewajiban adakalanya muncul
ketidak ikhlasan, terpaksa dan ketakutan akan balasan dari pelanggaran karena
tidak menjalankankewajiban.
3. Terhindar
dari kemaksiatan. Ibadah memiliki daya pensucian yang kuat sehingga dapat
menjadi tameng dari pengaruh kemaksiatan, tetapi keadaan ini hanya bisa dikuasai
jika ibadah yang dilakukan berkualitas.Ibadah ibarat sebuah baju yang harus
selaludipakai dimanapun manusia berada.
4. Berjiwa
sosial, ibadah menjadikan seorang hamba menjadi lebih peka dengan keadaan
lingkungan disekitarnya, karena dia mendapat pengalaman langsung dari ibadah
yang dikerjakannya. Sebagaimana ketika melakukan ibadah puasa, ia merasakan
rasanya lapar yang biasa dirasakan orang-orang yang kekurangan. Sehingga
mendorong hamba tersebut lebih memperhatikan orang lain.
5. Tidak
kikir. Harta yang dimiliki manusia pada dasarnya bukan miliknya tetapi
milik Allah SWT yang seharusnya diperuntukan untuk kemaslahatan umat. Tetapi
karena kecintaan manusia yang begita besar terhadap keduniawian menjadikan
dia lupa dan kikir akan hartanya. Berbeda dengan hamba yang mencintai Allah
SWT, senantiasa dawam menafkahkan hartanya di jalan Allah SWT, ia menyadari
bahwa miliknya adalah bukan haknya tetapi ia hanya memanfaatkan untuk
keperluanya semata-mata sebagai bekal di akhirat yang diwujudkan dalam bentuk
pengorbanan hartauntuk keperluan umat.
4
D. IBADAH MAHDHAH & GHAIRU MAHDHAH
D. IBADAH MAHDHAH & GHAIRU MAHDHAH
Ditinjau dari jenisnya, ibadah dalam Islam
terbagi menjadi dua jenis, dengan bentuk dan sifat yang berbeda antara satu dengan
lainnya;
1. ‘Ibadah Mahdhah, (ibadah Khas) artinya penghambaan yang murni hanya merupakan hubungan antara hamba dengan Allah secara langsung. ‘Ibadah bentuk ini memiliki 4 prinsip:
a. Keberadaannya harus berdasarkan adanya
dalil perintah, baik dari al-Quran
maupun al- Sunnah al-Maqbulah, jadi merupakan otoritas wahyu, tidak boleh
ditetapkan oleh akal atau logika keberadaannya.
b. Tatacaranya harus berpola kepada contoh
Rasul saw. Salah
satu tujuan diutus rasul oleh Allah adalah untuk memberi contoh:
Dan Kami tidak mengutus seorang
Rasul kecuali untuk ditaati dengan izin Allah…(QS.
4: 64).
Dan apa saja yang dibawakan Rasul kepada kamu maka ambillah, dan apa yang dilarang, maka tinggalkanlah…( QS. 59: 7).
Dan apa saja yang dibawakan Rasul kepada kamu maka ambillah, dan apa yang dilarang, maka tinggalkanlah…( QS. 59: 7).
Shalat dan haji adalah ibadah mahdhah, maka
tata caranya, Nabi bersabda: Shalatlah kamu seperti kamu
melihat aku shalat. Ambillah dari padaku tata cara haji kamu
Jika melakukan ibadah bentuk ini tanpa
dalil perintah atau tidak sesuai dengan praktek Rasul saw., maka dikategorikan
“Muhdatsatul umur” perkara meng-ada-ada, yang populer disebut bid’ah: Sabda Nabi saw.:
Salah satu penyebab hancurnya agama-agama
yang dibawa sebelum Muhammad saw. adalah karena kebanyakan kaumnya menyalahi
perintah Rasul-rasul mereka:
c. Bersifat supra rasional (di atas jangkauan akal), artinya ibadah bentuk ini bukan ukuran logika, karena bukan wilayah akal, melainkan wilayah wahyu, akal hanya berfungsi memahami rahasia dibaliknya yang disebut hikmah’.Shalat, adzan, tilawatul Quran, dan ibadah mahdhah lainnya, keabsahannnya bukan ditentukan oleh mengerti atau tidak, melainkan ditentukan apakah sesuai dengan ketentuan atau tidak.Atas dasar ini, maka ditetapkan oleh syarat dan rukun yang ketat.
d. Azasnya “taat”, yang dituntut
dalam melaksanakan ibadah ini adalah kepatuhan atau ketaatan.
5
Maka wajib meyakini bahwa apa yang
diperintahkan Allah kepadanya, semata-mata untuk kepentingan dan kebahagiaan,
bukan untuk Allah, dan salah satu misi utama diutus Rasul adalah untuk
dipatuhi: Jenis ibadah yang termasuk mahdhah, adalah : Wudhu, Tayammum, Mandi hadats,
Adzan, Iqamat, Shalat, Membaca al-Quran, I’tikaf, Puasa, Haji dan
Umrah, Mengurus Janazah
2. Ibadah Ghairu Mahdhah, (ibadah ‘Am) (tidak murni semata hubungan dengan
Allah) yaitu ibadah yang di samping sebagai hubungan hamba dengan
Allah juga merupakan hubungan atau interaksi antara hamba dengan makhluk
lainnya. Prinsip-prinsip dalam ibadah ini, ada 4:
a. Keberadaannya didasarkan atas tidak adanya
dalil yang melarang. Selama Allah dan Rasul-Nya tidak melarang maka
ibadah bentuk ini boleh diseleng garakan.
b. Tatalaksananya tidak perlu berpola kepada contoh Rasul, karenanya dalam ibadah bentuk umum ini tidak dikenal istilah “bid’ah”.
b. Tatalaksananya tidak perlu berpola kepada contoh Rasul, karenanya dalam ibadah bentuk umum ini tidak dikenal istilah “bid’ah”.
c. Bersifat rasional, ibadah bentuk ini
baik-buruknya, atau untung-ruginya, manfaat atau madharatnya, dapat ditentukan oleh akal atau
logika. Sehingga jika menurut logika sehat, buruk, merugikan, dan madharat, maka tidak boleh dilaksanakan.
d. Azasnya “Manfaat”, selama
itu bermanfaat, maka selama itu boleh dilakukan.
E. Fungsi Ibadah
Setiap
muslim tidak hanya dituntut untuk beriman, tetapi juga dituntut untuk beramal
sholeh. Karena Islam adalah agama amal, bukan hanya keyakinan.Ia tidak hanya
terpaku pada keimanan semata, melainkan juga pada amal perbuatan yang nyata.
Islam adalah agama yang dinamis dan menyeluruh. Dalam Islam, Keimanan harus
diwujudkan dalam bentuk amal yang nyata, yaitu amal sholeh yang dilakukan
karena Allah. Ibadah dalam Islam tidak hanya bertujuan untuk mewujudkan
hubungan antara manusia dengan Tuhannya, tetapi juga untuk mewujudkan hubungan
antar sesama manusia.Islam mendorong manusia untuk beribadah kepada Allah SWT
dalam semua aspek kehidupan dan aktifitas.Baik sebagai pribadi maupun sebagai
bagian dari masyarakat. Ada tiga aspek fungsi ibadah dalam Islam yaitu;
6
1. Mewujudkan hubungan antara hamba dengan Tuhannya.
Mewujudkan hubungan antara manusia dengan Tuhannya
dapat dilakukan melalui “muqarabah” dan “khudlu”. Orang yang
beriman dirinya akan selalu merasa diawasi oleh Allah. Ia akan selalu berupaya
menyesuaikan segala perilakunya dengan ketentuan Allah SWT. Dengan sikap itu
seseorang muslim tidak akan melupakan kewajibannya untuk beribadah, bertaubat,
serta menyandarkan segala kebutuhannya pada pertolongan Allah SWT. Demikianlah
ikrar seorang muslim seperti tertera dalam Al-Qur’an surat Al-Fatihah ayat 5
“Hanya Engkaulah yang
Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan.”
Atas landasan itulah manusia akan terbebas
dari penghambaan terhadap manusia, harta benda dan hawa nafsu.
2. Mendidik mental dan menjadikan manusia ingat akan
kewajibannya
Dengan sikap ini, setiap manusia tidak
akan lupa bahwa dia adalah anggota masyarakat yang mempunyai hak dan kewajiban
untuk menerima dan memberi nasihat. Oleh karena itu, banyak ayat Al-Qur'an
ketika berbicara tentang fungsi ibadah menyebutkan juga dampaknya terhadap
kehidupan pribadi dan masyarakat. Contohnya: Ketika Al-Qur'an berbicara tentang
shalat, ia menjelaskan fungsinya: “Bacalah apa yang telah diwahyukan
kepadamu, Yaitu Al kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat
itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar.dan Sesungguhnya
mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat
yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” QS.
Al-ankabut 45
Dalam
ayat ini Al-Qur'an menjelaskan bahwa fungsi shalat adalah mencegah dari
perbuatan keji dan mungkar. Perbuatan keji dan mungkar adalah suatu perbuatan
merugikan diri sendiri dan orang lain. Maka dengan shalat diharapakan manusia
dapat mencegah dirinya dari perbuatan yang merugikan tersebut.
Ketika
Al-Qur'an berbicara tentang zakat, Al-Qur'an juga menjelaskan fungsinya:
“Ambillah zakat dari
sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka
dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman
jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.”QS. Attaubah
103)
7
Zakat
berfungsi untuk membersihkan mereka yang berzakat dari kekikiran dan kecintaan
yang berlebih-lebihan terhadap harta benda.Sifat kikir adalah sifat buruk yang
anti kemanusiaan. Orang kikir tidak akan disukai masyarakat zakat juga akan
menyuburkan sifat-sifat kebaikan dalam hati pemberinya dan memperkembangkan
harta benda mereka. Orang yang mengeluarkan zakat hatinya akan tentram karena
ia akan dicintai masyarakat. Dan masih banyak ibadah-ibadah lain yang tujuannya
tidak hanya baik bagi diri pelakunya tetapi juga membawa dapak sosial yang baik
bagi masyarakatnya. Karena itu Allah tidak akan menerima semua bentuk ibadah,
kecuali ibadah tersebut membawa kebaikan bagi dirinya dan orang lain. Dalam hal
ini Nabi SAW bersabda:
“Barangsiapa yang shalatnya tidak
mencegah dirinya dari perbuatan keji dan munkar, maka dia hanya akan bertambah
jauh dari Allah” (HR. Thabrani)
3. Melatih diri untuk berdisiplin
Adalah suatu kenyataan
bahwa segala bentuk ibadah menuntut kita untuk berdisiplin.Kenyataan itu dapat
dilihat dengan jelas dalam pelaksanaan shalat, mulai dari wudhu, ketentuan
waktunya, berdiri, ruku, sujud dan aturan-aturan lainnya, mengajarkan kita
untuk berdisiplin. Apabila kita menganiaya sesama muslim, menyakiti manusia
baik dengan perkataan maupun perbuatan, tidak mau membantu kesulitan sesama
manusia, menumpuk harta dan tidak menyalurkannya kepada yang berhak. Tidak mau
melakukan “amar ma'ruf nahi munkar”, maka ibadahnya tidak bermanfaat dan
tidak bisa menyelamatkannya dari siksa Allah SWT.
8
F. Syarat-Syarat
Diterimanya Ibadah
Ibadah adalah
perkara taufiqiyyah, yaitu tidak ada suatu ibadah yang disyari’atkan
kecuali berdasarkan al-Qur’an dan as Sunnah. Apa yang tidak
disyari’atkan berarti bid’ah mardûdah (bid’ah yang ditolak ),
hal ini berdasarkan sabda Nabi SAW.
“ Barangsiapa yang beramal tanpa
adanya tuntutan dari Kami, maka amalan tersebut tertolak.”
Ibadah-ibadah itu bersangkut penerimaannya
kepada dua faktor yang penting, yang menjadi syarat bagi diterimanya.
Syarat-syarat diterimanya suatu amal (ibadah) ada dua macam yaitu[5]:
1. Ikhlas
“Katakanlah: “Sesungguhnya aku diperintahkan supaya
menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan)
agama. Dan aku diperintahkan supaya menjadi orang yang pertama-tama berserah
diri”. Katakanlah: “Sesungguhnya aku takut akan siksaan hari yang besar jika
aku durhaka kepada Tuhanku”. Katakanlah: “Hanya Allah saja yang aku sembah
dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agamaku”. (QS
az-Zumar/39 : 11-14).
2. Ittiba’ Rasul. Dilakukan secara sah
yang sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW.
“Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti
kamu, yang diwahyukan kepadaku: “Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan
yang Esa”.Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan
Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia
mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya”. (QS al-Kahfi/18:
110)
Syarat yang pertama
merupakan konsekuensi dari syahadat lâ ilâha illallâh, karena ia mengharuskan
ikhlas beribadah hanya kepada Allah dan jauh dari syirik kepada-Nya. Sedangkan
syarat kedua adalah konsekuensi dari syahadat Muhammad Rasulullah s.a.w.,
karena ia menuntut wajib-nya taat kepada Rasul, mengikuti syari’atnya dan
meninggalkan bid’ah atau ibadah-ibadah yang diada-adakan.
9
Penutup
Demikianlah
makalah yang telah kami susun sedemikian rupa.Apabila terdapat kata-kata yang
salah didalam makalah ini kami semua minta maaf.Karena sesungguhnya manusia tak
luput dari kesalahan dan kesempurnaan itu hanya milik Allah SWT.
10